Rabu, 23 Desember 2009

World Press Photo '09







ANALISIS FOTO STORI
Foto tersebut termasuk dalam foto dokumenter. Pep Bonet (fotografer) mengambil beberapa potret mengenai orang-orang transgender (waria) di San Peduro Sula. Kota itu merupakan kota terbesar kedua di Honduras yang memiliki angka HIV tertinggi.

Rabu, 09 Desember 2009

Analisis Semiotik Foto Feature

1. Shotsize
Foto ini longshot, karena seluruh anggota badan objek terlihat dan longshot ini bermakna objek foto jauh dari pembaca

2. Angle
Angle yang digunakan eye level bermakna objek foto sejajar dengan pembacanya

3. Penempatan subjek
Di tengah, bermakna

4. Lensa
Lensa yang digunakan normal, bermakna menceritakan kehidupan sehari-hari

5. Pencahayaan
Terang bermakna tidak dramatis dan menunjukkan kehidupan sehari-hari

6. Pose
Sang ibu diam dan anak mencium ibunya

7. Objek
Bacgroundnya adalah pagar besi

Rabu, 02 Desember 2009

Metode EDFAT

Metode EDFAT (Entire, Detail, Frame, Angle, Time) yang diperkenalkan oleh “Walter Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University”, merupakan konsep pengembangan fotografi pribadi. EDFAT adalah suatu metode pemotretan untuk melatih optis melihat sesuatu dengan detil yang tajam.

EDFAT
Suatu pembiasaan melatih metode EDFAT dalam tindakan fotografi setiap calon foto jurnalis maupun fotografer amatir , setidaknya membantu proses percepatan pengambilan keputusan terhadap suatu event atau kondisi visual bercerita dan bernilai berita dengan cepat dan lugas.

Tahapan-tahapan yang dilakukan pada setiap unsur dari metode itu adalah suatu proses dalam mengincar suatu bentuk visual atas peristiwa bernilai berita. Unsur pertama dalam metode tersebut adalah:

Entire (E)
Dikenal juga sebagai ‘established shot’, suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat suatu peristiwa atau bentuk penugasan lain. Untuk mengincar atau mengintai bagian-bagian untuk dipilih sebagai obyek.

Detail (D)
Suatu pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan pandangan terdahulu (entire). Tahap ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas sesuatu yang dinilai paling tepat sebagai ‘point of interest’

Frame (F)
Suatu tahapan dimana kita mulai membingkai suatu detil yang telah dipilih. Fase ini mengantar seorang calon foto jurnalis mengenal arti suatu komposisi, pola, tekstur dan bentuk subyek pemotretan dengan akurat. Rasa artistik semakin penting dalam tahap ini.

Angle (A)
Tahap dimana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian, kerendahan, level mata, kiri, kanan dan cara melihat. Fase ini penting mengkonsepsikan visual apa yang diinginkan.

Time (T)
Tahap penentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara diafragma dan kecepatan atas ke empat tingkat yang telah disebutkan sebelumnya. Pengetahuan teknis atas keinginan membekukan gerakan atau memilih ketajaman ruang adalah satu prasyarat dasar yang sangat diperlukan.

FOTO QURBAN : Framing







KURBAN - Kepala sapi yang baru saja disembelih (28/11) di salah satu tempat penyembelihan kurban di Cijantung, Jakarta, diamankan di pinggir lapangan. Kepala sapi ini diamankan sebelum dibawa ke tempat pengelolaan karena masih ada dua sapi yang belum disembelih. (DSM)

FOTO QURBAN : Angle




Eye Level

FOTO QURBAN : Detail



FOTO QURBAN : Entire



FOTO QURBAN : Time




Senin, 26 Oktober 2009

Feature Photo



Seorang ibu dan anaknya bercanda di stasiun Tanjung Barat, Jakarta Selatan, (23/10). Mereka menunggu kereta Ekonomi AC menuju ke Kota. Si ibu mencium anaknya dengan kasih sayang, dan menghabiskan waktu hingga kereta tiba.

Minggu, 18 Oktober 2009

Ami Vitale 'versus' Henry C Bresson


(Henry C Bresson)
(Ami Vitale)
-AMI VITALE-
Ami Vitale (lahir 1971) dikenal dengan dokumentasi kebudayaannya, dan mendapat segenap penghargaan dari World Press Photos, Photographer of the Year International, The Lucie Awards, dan dari the South Asian Journalist Association yang memberikan Daniel Pearl Award untuk laporan luar biasanya. Photo District News pun mengakuinya sebagai 30 image-maker masa depan. Cerita di setiap fotonya diberi anugerah, termasuk anugerah pertama datang dari Inge Morath yang ternama dari Magnum Photos, The Canon female photojournalist award dari hasil kerjanya di Kahsmir, dan Alexia Foundation untuk World Peace.

Pencahayaan
Foto tersebut menggunakan soft-light

Subjek:
a) Pose : Subjek foto melihat ke kamera
b) Angle : Foto tersebut diambil dari eye-level
c) Shot size : Full shot, menampilkan seluruh tubuh objeknya

Warna
Warna foto tersebut redup

Unsur nilai berita
1. Human Interest : foto itu menggambarkan keadaan anak-anak India yang berada di pengungsian akibat serangan orangorang sekuler yang menyerang pemerintah India



-HENRY C BRESSON-

Ia dianggap sebagai fotografer terbesar pada zamannya. Ia merupakan seseorang yang pemalu, berasal dari Perancis. Ia memiliki ketajaman 'menembak' gambar, dan sangat kritis terhadap teori dan praktek fotografi. Sehingga ia dijuluki fotografer legendaris di kalangan fotografer kontemporer.


Pencahayaan
Foto tersebut menggunakan cahaya langsung dari matahari

Subjek:
a) Pose : Subjek tidak melihat ke kamera
b) Angle : Eye-level
c) Shot Size : Full shot

Sabtu, 10 Oktober 2009

Tugas Fotografi Jurnalistik #1

1. Apa yang dimaksud dengan Fotografi Jurnalistik?
Fotografi adalah proses menangkap gambar suatu objek, dengan memanfaatkan cahaya yang memantul pada objek tersebut dengan menggunakan alat perekam yang bernama kamera. Jurnalistik adalah kegiatan yang meliputu pencarian, pengelolaan, penyimpanan, dan penyiaran berita. Maka, fotografi jurnalistik adalah proses menangkap gambar suatu peristiwa untuk diolah, disimpan dan disiarkan di media.

2. Apa keunggulan berita foto dibandingkan berita tulis?
Berita foto, menampilkan visual suatu peristiwa. Dalam satu gambar visual suatu peristiwa, bisa terdapat beberapa cerita yang tersirat dalam sekali lihat, atau sedikit memfokuskan perhatian kepada foto tersebut. Dan, ketika memperhatikan sebuah foto jurnalistik, hanya dibutuhkan waktu kurang dari 1 menit untuk mengerti seluruh isi gambarnya. Kemudian, foto-foto yang agak tak lazim (jarang dilihat) dapat memberikan ketertarikan pada masyarakat.
Sementara berita tulis, walaupun berita yang disajikan lengkap dan jelas, namun dibutuhkan waktu yang lama untuk membacanya. Belum lagi, pembaca mudah merasa jenuh dengan tulisan yang panjang.
Dan, ada pepatah pula yang mengatakan, "satu foto menceritakan seribu hal".

3. Apakah Fotografi Jurnalistik akan tetap bertahan ketika media cetak tidak terbit lagi dan invasi televisi?
Menurut saya, fotografi jurnalistik akan tetap bertahan. Daya tarik fotografi jurnalistik semakin lama semakin bertambah di mata masyarakat. Seperti contoh, tayangan azan Maghrib di salah satu televisi swasta menayangkan foto-foto Feature baik orang yang sedang melaksanakan shalat, mengaji, dsb. Tayangan azan tersebut tetap menarik bagi pemirsa, walaupun foto tersebut tidak ditayangkan di media cetak. Jika akhirnya ada saat dimana media cetak sudah benar-benar tidak berproduksi, maka masih ada beberapa alternatif untuk mempertahankan eksistensi Fotografi Jurnalistik. Media Online dan Televisi adalah alternatif media untuk menyalurkan hasrat Fotografi Jurnalistik. Namun, media Online bisa jadi alternatif paling tepat. Karena, sifat penyimpanan datanya yang bisa diakses kapan saja, sehingga memudahkan masyarakat untuk lebih nyaman menikmati foto-foto tersebut. Sementara televisi tidak bisa menampilkan lama-lama, karena durasi dan agenda penayangan sudah ditentukan.

Desmalia Anggraini
2007110134
IISIP Jakarta